25 Oktober 2018,
love, is not holding someone just because you want,
love is giving someone space because you have to.
love is, keeping all your sadness, in a hug of yours.
love... is too harsh to two people who don't mean to each other.
for us.. for them.. love..
is....
leave.
Another shade of Rimas
seberet tulisan tentang sederet asa yang tak tersampaikan.
"Tidak ada kata yang tidak bisa di utarakan, lewat lisan maupun tulisan. Serangkaian kata penuh makna kadang terasa sulit untuk di terjemahkan dalam suatu isyarat, kepalsuan mimik dan keraguan sikap membuat kata kata lebih baik untuk disuratkan. Seperti aku yang enggan bersuara, didalam keheningan aku percaya bahwa tulisan ku akan membuat mu lebih mengerti sekali lagi."
Kamis, 25 Oktober 2018
Senin, 01 Oktober 2018
3 tahun berlalu, apa kabar diriku?
Hari ini selasa tepat tanggal 2 Oktober 2018.
Aku dan keseharianku sekarang yang 3 tahun lalu tidak pernah terbayangkan, seorang auditor dan akuntan dibelakang layar.
Pagi ini aku membaca kembali, bagaimana perubahan yang terjadi pada diriku 3 tahun belakangan ini. Pribadi, sosial, rasa, serta hati semua berubah dengan drastis, kadang aku seperti kehilangan diriku yang dulu, diam, tenang, tanpa keramaian.
Hatiku mulai keras,
aku tidak dapat merasakan kehangatan pada tulisan tulisan hingga syair syair diantara kata
yang terpampang pada dinding serta kertas kertas perantara.
Hatiku mulai keras.
aku tidak dapat mengalah akan sesuatu yang seharusnya aku bisa dapatkan, dan aku tidak dapat terima akan semua perlakuan yang tidak sepantasnya aku dapatkan.
Rasa ku mulai lepas.
aku tidak dapat lagi membentuk dan mentolerir semua orang yang mulai meremehkan, aku diliputi keegoisan diri yang terus berkembang membawa ku kesebuah pribadi tanpa penjelasan.
Apakah ini aku? Apakah ini bagus? Apakah ini benar?
Perdebatan hebat sering terjadi dilautan imajinasiku, meruntuhkan dan meneggakan banyak pemikiran pemikiran tentang perubahan pendirian.
Walaupun,
Beberapa hal memang bagus untuk dirubah,
semua perubahan selalu menunjukkan etikat baik pada pemiliknya,
Banyak hal didalam keramaian yang dulu aku benci kini menjadi kebiasaan serta kesenangan.
Banyak hal diantara diam tenang menjadikan ku kini sebagai pemenang.
Aku ingin menulis lagi,
berbagi kisah tentang mereka, dan kita yang tidak dapat dibicarakan.
Ingin ku membias, menjadi cahaya yang terselip diantara keegoisan manusia,
dengan kata dan bahasa agar kau dapat sekali lagi merasa bahwa,
dibumi, bukan cuman kamu yang mengalami, dan sendiri.
Keegoisan ku ingin ku bawa seperti mawar didalam kotak air didalam kemasan kaca,
harum diantara amarah; berguna.
Aku dan keseharianku sekarang yang 3 tahun lalu tidak pernah terbayangkan, seorang auditor dan akuntan dibelakang layar.
Pagi ini aku membaca kembali, bagaimana perubahan yang terjadi pada diriku 3 tahun belakangan ini. Pribadi, sosial, rasa, serta hati semua berubah dengan drastis, kadang aku seperti kehilangan diriku yang dulu, diam, tenang, tanpa keramaian.
Hatiku mulai keras,
aku tidak dapat merasakan kehangatan pada tulisan tulisan hingga syair syair diantara kata
yang terpampang pada dinding serta kertas kertas perantara.
Hatiku mulai keras.
aku tidak dapat mengalah akan sesuatu yang seharusnya aku bisa dapatkan, dan aku tidak dapat terima akan semua perlakuan yang tidak sepantasnya aku dapatkan.
Rasa ku mulai lepas.
aku tidak dapat lagi membentuk dan mentolerir semua orang yang mulai meremehkan, aku diliputi keegoisan diri yang terus berkembang membawa ku kesebuah pribadi tanpa penjelasan.
Apakah ini aku? Apakah ini bagus? Apakah ini benar?
Perdebatan hebat sering terjadi dilautan imajinasiku, meruntuhkan dan meneggakan banyak pemikiran pemikiran tentang perubahan pendirian.
Walaupun,
Beberapa hal memang bagus untuk dirubah,
semua perubahan selalu menunjukkan etikat baik pada pemiliknya,
Banyak hal didalam keramaian yang dulu aku benci kini menjadi kebiasaan serta kesenangan.
Banyak hal diantara diam tenang menjadikan ku kini sebagai pemenang.
Aku ingin menulis lagi,
berbagi kisah tentang mereka, dan kita yang tidak dapat dibicarakan.
Ingin ku membias, menjadi cahaya yang terselip diantara keegoisan manusia,
dengan kata dan bahasa agar kau dapat sekali lagi merasa bahwa,
dibumi, bukan cuman kamu yang mengalami, dan sendiri.
Keegoisan ku ingin ku bawa seperti mawar didalam kotak air didalam kemasan kaca,
harum diantara amarah; berguna.
Senin, 10 Agustus 2015
Tidak bisakah lebih lama menunggu?
Setiap halte selalu punya jadwal kedatangan.
Setiap bus selalu punya jadwal untuk datang dengan tepat.
Maka dari itu..
Bisakah kau lebih lama menunggu?
Bayangan ku yang nampak samar dari kejauhan sedang menuju ke arahmu.
Setiap bus selalu punya jadwal untuk datang dengan tepat.
Maka dari itu..
Bisakah kau lebih lama menunggu?
Bayangan ku yang nampak samar dari kejauhan sedang menuju ke arahmu.
Keheningan
9 agustus, dini hari.
Kata orang, dini hari adalah waktunya untuk beristirahat, dan di pagi hari waktunya menuai rejeki. Tapi tidak untuk sebagian orang, aku misalnya. Aktiftas ku padat. tapi tetap saja tidurku tidak bisa tidak menembus pagi, sulit untuk merubah apa yang setiap hari kamu lakukan, seperti mencintaimu misalnya....
Yang aku suka dari dini hari adalah keheningannya. Waktu dimana aku bisa mengingat jelas semua hal yang pernah terjadi. Keheningan dapat mengembalikan memori, menyadari apa yang terjadi, berfikir dua kali, dan.... mengingat luka yang membuat alasan aku masih tetap sendiri. Hah. Bila saja aku bisa menghapus dan membagikan kenangan ini kedalam mimpi setiap orang, pasti tidak akan sesusah ini.
Aku pernah mendengar, seseorang berkata kepadaku, "Kau terlalu banyak berfikir dan bertanya,, jalani saja hidupmu hari ini, besok adalah sebuah hadiah, kemarin adalah pelajaran"
Aku terdiam dan kembali berfikir, lalu menyadari sesuatu hal setelah sekian lama. ya, dia benar. Aku terlalu banyak berfikir jauh tentang sesuatu, bahkan sebelum itu terjadi, semua sebab dan akibat kadang aku perhitungkan. Dan disaat aku memperhitungkan semua itu, banyak yang aku korbankan. Waktu, perasaan dan dirimu...
ya benar,
sekali lagi,
melewatkanmu,
karna kau tidak bisa lama menunggu...
Senin, 17 Maret 2014
Sepenggal Fajar di Ujung Kenangan
Apa kabar wahai kenangan? Diriku sedang duduk di tepi bukit menunggu fajar menampakkan diri. Gerumuhan tawa disekitar tidak menutup kemungkinan tidak merindukanmu. Kerinduan ku akan sosokmu seperti kerinduan awan dengan kehangatan yang diciptakan sang fajar lewat pancaran sinarnya yang menggoreskan siluet siluet indah diantaranya. Kerinduanku akan nada santunmu seperti dedaunan yang di sela kibasannya merindukan kicauan para sekelompok burung yang membuat barisan statis layaknya listrik dinamis. Kerinduanku akan genggamanmu seperti kerinduan pelangi akan pembiasan diri melalui refleksi cahaya setelah hujan pergi. Inginku deskripsikan setiap keindahan yang kulihat didepan mataku, namun tak sempat ku deskripsikan, mata ini, lisan ini, dan hati ini hanya melihat keindahan dari setiap kenangan mu.
Bagaimana malam mu? Aku harap disetiap malam mu kau selalu bermimpi indah, dan aku berharap diriku tidak ada diantaranya. Terlalu banyak rasa sakit yang ku torehkan ke pada dirimu di hari hari mu yang seharusnya indah dengan senyummu, sayang. Maafkan aku yang tak sempat mengucapkan maaf dan tak kuat menghapuskan butiran air di ujung matamu yang terjatuh karna perkataanku. Tangan itu kaku seperti batu, air mata ini runtuh, hati ini mendadak lumpuh melihat kau terisak sendu. Bukan maksudku, bukan mauku. Sungguh benar bahwa kita tidak tau apa yang kita miliki sebelum kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tau apa yang belum kita miliki sebelum mendapatkannya. Itulah yang coba ku pahami saat ini, tidak kah kau mengerti?
Tidak ada kata lagi yang bisa terucap dari ujung lidah, tidak ada lagi kata kata indah dan semua kata kata nestapa yang hampir setiap hari kau dengar di masa lalu, bersamaku. Kata kata yang terlalu sering kau dengar dan ku syairkan sekarang menjadi kata kata tanpa makna. Makna telah berpulang kembali pada rumah yang tak ingin ditemui. Makna telah menjadi butiran air yang mengalir dari bulatan indah berwarna hitam dan putih di bawah alis. Makna kini telah kembali menjadi kosong, hampa layaknya ruang diantara antariksa yang memisahkan jarak bintang bintang di dalamnya. Segala kata yang berujung maaf kini terlihat membosankan. Apalagi yang bisa ku lakukan selain melihatmu dan merindukanmu dari kejauhan?
Kali ini batuan batuan kecil ikut terbawa pasir tertiup angin, burung burung mulai terbang didepan kami layaknya listrik dinamis. Proton dan neutron di udara mulai merasuki tubuh kami membuat kami sadar kalau sang fajar mulai menampakkan wajah aslinya diikuti biasan warna merah ungu dan oranye. Segerombolan kawanan pun berusaha untuk datang ke tempat dimana aku berdiri. Berlomba lomba memberiikan tempat terbaik untuk yang terkasih, seandainya diriku bisa memberikan sepenggal fajar ini langsung kepadamu, tak perlu lah aku menyelipkannya ke dalam surat yang penuh kenangan ini. Tapi bilamana hanya surat ini yang bisa kau terima dibanding ribuan maafku, biarlah ku selipkan sepenggal fajar dan sepotong perasaan rindu ini agar kau tidak merasa kedinginan dan tidak larut kedalam dunia yang penuh dengan kepalsuan, kenangan.
Selasa, 04 Februari 2014
Sang kodok kecil pun mulai menyadari kejanggalan yang terjadi di danau ini. tapi tetap saja dia tidak punya keberanian untuk menyebranginya sendirian. dari kejauhan dia memanggil kelinci. kelinci mendengar tapi dia bersembunyi dibalik pohon jati dengan batang yang besar untuk melindungi nya dari pandangan si kodok. si kelinci dengan mata ibanya melihat si kodok yang sedang memanggil nama kelinci berulang kali. bertanya kepada kupu kupu apakah melihat kelinci, bertanya kepada ular untuk menemukan kelinci, dan bertanya kepada air danau, apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan kelinci. dengan lantang danau menjawab "Jika kau bertanya apa yang sedang terjadi, kenapa kau tidak mencoba bertanya kepada dia yang sedang menatapmu dari pantulan air?" lalu air danau pun kembali tenang. kodok bertanya tanya, bukan kah dia yang ada disana? kenapa harus bertanya kepadanya lagi? bukankah kelinci yang berubah? bukankah danau yang berubah? bukankah kupu kupu dan ular yang berkhianat? kodok merasa di khianati oleh semuanya. dia tidak merasa pernah menyakiti siapapun. bahkan dia sudah meminta maaf atas kesalahan yang menurutnya hal yang tidak perlu diributkan. dia sudah selalu mengalah untuk si kelinci sudah mengalah untuk meminta maaf tapi kenapa si kelinci tetap menyalahkannya! sementara itu......... kelinci yang tadinya menatap dengan tatapan iba mulai menutup matanya, mengendorkan telinganya dan juga meninggalkan tempat persembunyiannya sambil berkata "bagaimana bisa kau tidak merasa bersalah saat kau tidak pernah sama sekali benar benar memperhatikan perasaan sahabatmu disaat semua sahabatmu selalu membantumu disetiap masalah dan selalu bertanya kabarmu, wahai kodok?"
Lebih dari sekedar sabar, lebih banyak dari permintaan maaf, lebih dari hal yang mengecewakan
Terlalu lelah rasanya mata ini membaca setiap permintaan maaf yang tertulis.
Terlalu muak rasanya perasaan tulus yang selalu di balas dengan dingin.
mungkin berlebihan menurutmu, tapi hal sekecil ini bisa berujung kemuakan.
jangan salahkan aku yang berlaku seperti apa yang kamu lakukan dahulu.
aku tidak benar benar membenci,
dan aku benci karna aku tidak bisa membenci.
dan aku benci karna aku tidak bisa membenci.
harus kah aku berteriak di hadapanmu agar kau tidak lagi dingin sedingin jawaban mu ke padaku yang cuman ingin menanyakan kabar?
Langganan:
Postingan (Atom)